Nafsu Gila Ibu Mertua Bersetubuh Dengan Menantu

Mesumsexindo - Sejak pernikahan anakku bernama Resti dengan suaminya Toni, sebagai ibu mertua aku menjadi merasa ada sesuatu dalam tubuhku. Mulanya, aku mendengar suara desahan di kamar anakku. Aku menjadi sangat bernafsu mendengar suara desahan dan erangan tersebut. Karena sudah belasan tahun aku ditinggal cerai oleh suamiku, dan sejak itu pula aku sudah tidak merasakan dijamah oleh laki laki yang terkadang membuat vaginaku ingin di masuki oleh kontol.


Esok paginya setelah selesai sarapan anakku pergi bekerja, Menantuku Toni hari itu tidak bekerja karena memulai cuti tahunannya. Katanya dia ingin melanjutkan lukisannya yang terbengkalai. Hobbynya memang melukis dan lukisan mulai terjual mahal.
Begitu Resti putriku pergi bekerja, aku keluar dari kamar mandi. Aku sengaja hanya memakai handuk yang melilit tubuhku, hingga jauh di atas pangkal pahaku, yang putih mulus terlihat untuk menggoda menantuku itu. karena dirumah posisi sedang sepi.

Aku melintas di hadapan menantuku.

“Mama… kok gak pakaian?” tanyanya.
“Kenapa sih? Kan tak ada orang lain. Hanya kamu. Lagi pula, paha mama masih mulus kok,” kataku agak manja merayunya.
Toni tersenyum.
“Mulus sih…” katanya.
“Mulus sih… mulus sih… tak sudah tua, siapa yang mau lagi?” kataku pula sembari terus melintasinya. Aku memasuki kamarku dan berganti pakaian. Aku cepat keluar dengan memakai daster miniku tanpa celana dalam dan bra.

“Tadi malam aku dengar desahan Resti. Pasti malam ini dia bahagia sekali dan tidurnya nyenyak,” kataku bergenit ria.
“Mama tau ya?” katanya.
“Aku jadi malu ma,” katanya.
“Kenapa musti malu? Kalau Mama kebagian, mama juga mau,” kataku keceplosan. Sebenarnya, aku sudah sangat bernafsu sekali melihat Toni menantuku bertelanjang dada dengan tubuhnya yang kekar.
Toni tersenyum menggoda.
“Boleh coba Ma? Tapi Resti tak boleh tau lho,” katanya.
“Siapa juga yang mau melapor pada Resti,” kataku.

Bagaikan setan menantuku berdiri dan langsung memelukku dan melumat bibirku. Aku terkejut juga. Tapi kubalas kecupannya yang buas itu. Terasa olehku, kalau kontolnya sudah menegang. Kami bepelukan dan saling memagut. Perlahan kulepas celananya hingga kontolnya berdiri tegak. Toni melepas dasterku. AKu tau dia terkejut, karena dibalik dasterku, aku tidak memakai apa-apa. Toni pun tersenyum. Kembali kami saling memagut. Di lantai dapur, aku direbahkannya. Langsung saja Toni menyetubuhiku dengan buas dan ganas. Aku seperti tak mampu mengimbanginya. Dan terus menerus mencucuk-cabut kontolnya di dalam vaginaku.

Sampai akhirnya, aku merasakan beberapa kali muncratan spermanya di dalam rahimku yang sudah sangat basah, karena aku sudah dua kali orgasme. Kami segera membersihkan diri ke kamar mandi. Tak banyak yang kami ceritakan. seperti keadaan biasa saja. Toni kembali melanjutkan melukis di taman belakang rumah. Setelah satu jam dia melukis, aku datang mengantarkan kopi susu panas untuknya.
Saat aku meletakkan kopi susu di atas meja kecil, tiba-tiba tengkukku ditarik menantuku. Bibirku dikecup dan dilumatnya. Kami berciuman dan lidah kami saling melilit.
“Nungging, Ma,” pintanya. Aku dibimbingnya menungging ke sebuah meja. Saat itu dasterku disingkapnya. Dengan cepat dilorotkannya celananya dan langsung menusuk vaginaku. Begitu aku merasakan kontolnya melesit memasuki lubang vaginaku yang sangat dalam, dia mulai mengocoknya dengan cepat, tanpa henti. AKu begitu cepat dipengaruhi nafsuku, hingga aku orgasme. Tak lama, aku merasa semprotan spermanya memenuhi liang vaginaku. Kami kembali sama-sama membersihkan diri di kemar mandi. Pantas anakku Resti selalu saja cerita, bisik hatiku.

Siang itu, aku membawa nasi dan lauknya ke taman belakang rumah. Kami makan bersama di sebuah pojok rumah yang sangat artistik, juga karya Toni. Kami makan lahap sekali.

“Ma, aku sudah mau ngentotin mama lagi nih,” katanya.
“Eengak puas-puasnya?” tanyaku.
“Resti tak mampu melayaniku, Ma,” katanya.
“Cepat makan dulu,” kataku. Toni makan cepat-cepat, demikian juga aku. Begitu minum air hangat, Toni langsung menarikku dan menciumiku. Melepaskan dasterku dan mengisapi tetekku.
Setelah puas, dia menguakkan pahaku dan menyetubuhiku dengan buasnya. Kembali kami membersihkan diri ke kamar mandi. Begitu selesai bersih-bersih, Toni menyeretku ke tempatnya melukis.
“Telanjang, ma” katanya. AKu menurut saja. Toni juga membuka celana pendeknya hingga kami sudah bertelanjang bulat.
“Naik kemari ma” katanya. AKu mengangkangi ke dua pahanya dan aku duduk di pangkuannya. Perlahan kumasukkan kontolnya ke lubang memekku. Setelah amblas, Toni mengambil kuas. Dia mulai melukis sementara aku tetap berada di pangkuannya dengan kontolnya amblas ke dalam memekku.

Nafasnya memburu dan tangannya terus bekerja melukis. Mungkin inspirasinya muncul saat bersetubuh denganku sembari melukis. Aku sudah tak tahan. Aku mulai menggoyang perlahan-lahan dari atas. Nafasku juga memburu. Kami terus bersetubuh dan tangan Toni terus melukis, mencampur warna-warna dan menarik garis lurus dan lengkung.

“Mama… indah sekali. Aku ingin menjadikanmu isteriku yang kedua, secara rahasia,” katanya dan terus melukis. AKu tak perduli pada ucapannya dan terus menggoyangnya.
“Mama… percepat ma. Cepat ma, Tinggal satu goresan lagi,” katanya sembari mencampur warna warna di kuasnya.
Lalu dibuangnya kuas itu dan Toni memelukku sembari mengigit bahuku kuat-kuat. sakit sekali. Tapi sebaliknya aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.
“Mama mama….” teriaknya.
“Aku tak tahu, apakah tetangga mendengar teriakannya itu atau tidak. AKu memeluknya dengan kuat dan kuat serta merasakan semprotan spermanya dan aku pun mengalirkan air lezat nikmatku. Kami terkulai dan merakan kenikmata yang tiada tara. Gila !!!

Malam pukul 02.00 aku tau, Toni belum tidur sedang memekku sudah basah pengen bersetubuh dengan menantuku tersebut. Aku keluar kamar dan sengaja berdehen di depan pintu kamar mereka. Aku ke kamar mandi. Aku tak tahu kenapa aku harus ke kamar mandi. Beberapa detik, aku di kamar mandi, Toni masuk dan langsung menutup pintu. Dia menyuruhku nungging ke bak mandi. Dari belakang dia menggenjotku dengan cepat dan kencang, sampai buah dadaku terayun-ayun. Dia peluk pinggangku dari belakang dengan kuat.
“Aku sudah mau sampai, Ma” katanya. Lalu dipeluknya dengan kuat sekali tubuhku dan aku langsung menyemburkan lendir kenikmatanku dan beberapa detik kemudian, aku merasakan spermanya menyembur di liang mmemekku. Dengan cepat kami bersih diri dan memasuki kamar kami masing-masing. Malam itu aku tidur dengan nyenyak.

Pintu kamarku diketuk dari luar.
“Ma, bangun sudah siang,” ternyata suara Toni. Aku terbangun dan langsung ke kamar mandi sikat gigi.
Begitu aku keluar kamar mandi, di depan pintu menantuku sudah berdiri dengan telanjang bulat.
“Kita ngentot ma. AKu sudah tak tahan,” katanya.

Kami berpelukan dan melepaskan pakaian kami. Langsung kami bersetubuh di lantai depan kamar mandi. Kami selalu bersetubuh dimana saja, kapan saja. Anehnya, kami bisa sama-sama puas hanya dalam hitungan detik saja. Terkadang Resti sedang menyapu di pintu depan. Belum sampai di di pintu tengah rumah kami sudah sama-sama orgasme. Jika kami sudah saling berpandangan dengan mata tajam, itu tandanya, kami sudah berada di puncak klimaks. Artinya, begitu kontol Toni memasuki liang memekku, mungkin hanya sepuluh kali cucuk cabut, aku sudah orgasme dan Toni juga orgasme. Tak perlu lama, tapi frekuensinya tak tahu berapa kali kami mampu. Aneh memang, sebagai mertua akupun menikmati permainan seks menantuku itu. Tamat By Texasbola