Ganasnya Goyangan Gadis Cantik Dan Alim Part 1

mesumsexindo - Namaku Adinda, Umurku 20 tahun. Saat ini aku masih duduk di bangku kuliah di salah satu universitas terkenal di kota Jakarta. Setiap hari aku selalu disibukan dalam hal hal yg positif. Selain kuliah, aku juga sibuk mengajar di sebuah bimbel, walaupun gajinya tak begitu tinggi tapi setdknya masih bisa menutupi keperluan kuliahku tanpa harus meminta dari orang tua ku yg berada di pulau sumatera.

 Di sini aku tinggal di sebuah tempat kos berbentuk bedeng sederhana yg memiliki one gate system yg dihuni oleh teman teman kos yg baik dan ramah. Kami tak pernah pelit untuk saling membantu antar sesama teman kos, dalam hal apapun. Aku sengaja memilih tempat kos disini karena walau agak jauh dari kampusku, tempat nya juga terkesan baik. Di tempat kos ini, laki laki dilarang masuk, jadi jika ada yg mengajak teman laki laki atau pacarnya, maka yg diajak itu harus menunggu diluar. Begitulah kebijakan pemilik kos tempat ku tinggal ini yg sangat aku sukai.

Seumur hidupku, aku belum pernah mengalami apa yg orang sebut dengan pacaran. Jangankan pacaran, berjalan berduaan dengan teman pria ku saja aku tak pernah. Bukannya aku tak menyukai laki laki, namun aku yg sejak SMA aktif di kegiatan Rohis dan dikampus aktif dalam organisasi keislaman membuat ku paham bahwa pacaran itu dilarang. Aku lebih memilih single dan menjaga diriku baik baik hanya untuk suami ku kelak.

Kulihat jam menunjukan pukul 7 pagi. Aku sedang duduk diatas tempat tidurku sambil menunggu sesuatu datang.

SFX : tok tok tok

Sebuah suara pukulan antara dua kayu terdengar datang dari kejauhan. Aku segera memandangi cermin memastikan tak ada semili pun aurat ku yg tampak. Aku segera berlari menuju gerbang memanggil penjual makanan yg telah menampakan wujudnya.

Aku : mang, mie ayam nya semangkok ya.

Aku memberikan sebuah mangkok yg sudah ku bawa dari kamar ku kepada penjual mie ayam itu. beliau ini sudah setiap hari lewat didepan kos ku. Biasanya banyak teman teman kos ku yg membeli namun karena ini adalah hari minggu, maka teman teman ku biasanya bangun kesiangan.

Penjual mie ayam : ini neng, seperti biasa dibanyakin sayurnya

Aku menyambut mangkok panas itu dengan hati hati agar jemari tangan ku tak bersentuhan dengan jemari penjual mie ayam itu. setelah ku serahkan uang nya, aku segera masuk ke kamar dan menikmati sarapan pagi dengan mie ayam kesukaan ku.

Setelah menyelesaikan santap pagi, aku segera mengambil handuk dan menuju kamar mandi yg ada didalam kamarku. aku melepas kerudung panjang ku yg belum ku lepas sejak membeli mie ayam tadi, lalu disusul oleh blus merah muda ku, dengan begitu terpampanglah payudara yg ukuran nya tak begitu besar, hanya 34A, yg masih tertutup oleh bra hitam yg juga langsung ku tanggalkan sehingga payudara ku mencuat. Kemudian aku melepaskan kaitan rok panjang ku dan meloloskan nya melalui kedua kaki ku.

Kemudian disusul oleh celana training panjang yg juga selalu ku pakai agar betis ku tak tersingkap disaat aku berjalan. Kini tampaklah kedua kaki jenjang ku yg putih mulus tanpa celah yg tak pernah dilihat oleh laki laki manapun bahkan teman perempuan ku pun tak pernah melihatnya karena aku tak pernah memakai celana hotpants walau didalam kos atau rumah. Kini aku hanya tinggal menggunakan celana dalam pink yg juga ku loloskan hingga tampaklah memek ku yg selalu ku rawat dan bulu nya ku cukur setiap seminggu sekali.

Aku mengguyur tubuh mulusku dengan air dari gayung. Aku mengambil botol sabun cair dan menumpahkan isinya ketelapak tangan ku. aku pun langsung memakaikan sabun cair itu ke seluruh tubuhku mulai dari lengan, payudara, perut, leher dan juga kaki. Busa busa sabun itu nyaris menutupi tubuhku. Lalu ku bilas semua busa itu hingga tubuh mulusku terpampang lagi. Dengan cepat ku selesaikan mandi ku.

Aku keluar kamar mandi dengan handuk yg melilit menutupi tubuh mulai dari dada hingga 10cm dari pangkal paha ku. aku kaget ketika ku lihat jendela kamar ku masih terbuka. Khawatir jika ada orang lain walaupun itu perempuan yg akan melihat aurat ku. ketika aku bergegas menutup jendela, handuk ku pun terlepas dan terjatuh kelantai hingga membiarkan tubuh telanjang ku terlihat jelas.

Tak bisa ku bayangkan jika suami ibu kos disini melihatku seperti ini, aku pasti akan sangat menyalahkan diriku dan menyesalinya. Ku tutup jendela dan ku rapatkan gorden agar tak satupun mata dapat memandangiku yg sedang telanjang kini didalam kamar ku. masih ku biarkan handuk itu tergeletak dilantai kamar ku karena sudah ku pastikan tak ada celah untuk mengintip dikamarku ini. Lagipula mana mungkin ada perempuan yg begitu niat nya mengintip wanita lain dan aku pun yakin bahwa tak ada yg memilki kelainan seksual ditempat kos ini.

Ketika aku hendak mengambil handuk yg terkapar itu, aku terpeleset karena lantai yg basah akibat tetesan air ditubuhku hingga aku terjatuh kelantai dan pantatku terasa sakit, dan kaki ku yg terpeleset tadi tanpa sengaja mendorong handuk itu hingga terkena ke lantai kamar mandi yg masih sangat basah. Aku perlahan bangun sambil memegangi pantat ku yg sakit dan mengambil handuk itu, sayangnya handuk itu sudah lumayan basah dan tak bisa lagi ku gunakan.

Akhirnya ku putuskan untuk langsung memakai pakaian saja. Belum sempat ku membuka lemari pakaian, handphone ku bordering. Ku lihat Dika, teman kuliah ku yg menelpon. Aku sebenarnya malas mengangkat telpon dari laki laki tapi karena aku dan Dika memiliki urusan tugas kelompok, maka aku terpaksa mengangkatnya. Setelah Dika selesai membicarakan masalah tugas kelompok, ia belum juga ingin menutup telepon itu malah ia meminta waktu agar aku bersedia mendengar curhatan nya.

Awalnya aku ragu namun karena Dika ini termasuk orang yg sangat baik, aku mengizinkan nya untuk menceritakan masalahnya padaku. Akibat terlena mendengar curhatannya, aku tak sadar membaringkan tubuhku diatas kasur dan aku baru ingat jika aku belum memakai pakaian apapun. Ingin sekali aku menghentikan pembicaraan nya namun ia terus saja berbicara tanpa memberi celah dan tanpa sadar jemari tangan ku memegang putting ku dan memutar mutarnya.

Aku : awwww

Aku tak sengaja mendesah saat putting ku dipelintir oleh jemari ku sendiri

Dika ; kenapa din?
Aku : ohh gak apa Dik, aku tadi kejepit, terusin aja ceritanya
Dika : ohh kirain kenapa.. iya aku lanjut nih

Sambil mendengar cerita dari Dika tanpa bisa ku kontrol tangan ku menggeraygi perut dan payudaraku. Lalu aku pun tak sadar meremas payudaraku yg ku lihat putting nya sudah mengeras.

Aku : ssshhhhhhhhh ahhhhh

Tak bisa ku kendalikan, desahan itu terdengar kembali dari mulutku

Dika : kamu kenapa lagi din? Kok mendesah gitu?
Aku : ah gak apa apa Dik. Kepedesan tadi makan mie ayam cabe nya kebanyakan
Dika : kamu kok kayak orang lagi…
Aku : hahh lagi apa?
Dika : ya lagi itu
Aku : lagi apa?

Aku khawatir jika dia tahu apa yg ku lakukan

Dika : lagi apa ya? Lagi gak tahu.. hahahahaha

Dika tertawa dengan keras, aku malu karena melakukan ini dan lebih lebih lagi aku melakukannya saat sedang berbicara di telepon dengan teman laki laki ku. salah ku sendiri kenapa mau mendengar curhatannya dan menunda memakai pakaian. Namun sensasi mengobrol dalam keadaan telanjang ini memberi sensasi berbeda pada diriku, apalagi saat aku meremas payudaraku. Ah kenapa aku jadi begini, aku tdk boleh meneruskannya. Aku pun belum pernah melakukan ini karena aku selalu menghindarinya.

Aku : Dik, sudah dulu ya. Ada yg mau aku kerjain dulu.
Dika : yaah kan belum selesai.
Aku : kita sudah ngobrol 10 menit lebih Dik. Maaf ya, aku gak mau ngobrol lama lama sama laki laki.
Dika : iya deh, kalo gitu kapan kapan aku telepon lagi ya
Aku :lihat saja nanti ya.

Aku menutup telepon dan ku lihat air di tubuhku sudah mongering dan justru memek ku lah yg basah.

Aku : ini basah karena apa ya? Apa ini yg orang sebut dengan terangsang?

Aku mengambil tisu disebelah kiri tempat tidurku dan mengelap tisu itu ke permukaan memek ku dan mengelapnya agar ia mongering. Tapi yg ku lakukan justru membuat memek ku makin basah dan aku makin merasa kenikmatan yg tak pernah ku lakukan. Payudara ku pun makin membesar. Oohhh aku semakin tak sadar diri, aku ingin terus merasakan kenikmatan ini.

Gerakan tangan ku semakin cepat mengelap memek ku dengan tisu dan semakin kuat meremas payudara ku. aahhhh desahan ku pun makin menjadi jadi seakan aku lupa jika ada orang yg bisa mendengar desahanku dari luar kamarku. oohhhh aku makin tak tahan, rasanya makin menuntut untuk dipuaskan dan aku makin tak terkendali lagi. Ku buang tisu tadi dan aku tekankan jari telunjuk ku ke klitorisku dan rasanya semakin enaak. Tangan kiriku bergantian meremas remas kedua payudaraku yg terlihat seperti ingin meledak. Dan dalam ditengah kenikmatan itu, aku merasa aka nada yg keluar dari memek ku dan saat cairan yg tak ku tahu namanya keluar dari lobang memek ku, disaat itu aku merasa kenikmatan yg aku tak pernah dapatkan dan bersamaan dengan keluarnya cairan itu aku menyebut sebuah nama,

“Angga”.

Memek ku berkedut seiring berkurang nya cairan itu keluar dari memek ku.

Aku merasa lemas dan tak berdaya. Aku terkulai lemah diatas tempat tidurku dengan air mata menetes dari sudut mataku. Aku menyesal telah berbuat seperti itu tadi. Benar benar tak mencerminkan diriku yg kesehariannya selalu menjaga kesucian diriku dan memakai kerudung panjang sepinggang serta gamis longgar dan kaos kaki yg menutupi kaki ku. namun saking lemasnya, aku tak mampu bangun untuk mengambil pakaian dan aku pun terlelap tidur dengan keadaan telanjang bulat.

Mata ku perlahan terbuka. Terasa sekujur tubuhku terasa dingin dan lelah. Wajar saja, aku tertidur tanpa memakai busana sehelai pun. Aku teringat bahwa aku telah melakukan apa yg mungkin orang orang sebut dengan masturbasi. Hatiku merasakan emosi yg tinggi saat ku teringat pada bagaimana aku menikmati perbuatan itu. aku mengutuk dan mencaci diriku yg gagal menjaga kesucian ku dan dengan rela bermasturbasi padahal sebelum ini aku sangat membenci perbuatan itu, dan hanya akan denga suami ku kelak aku akan melakukan nya untuk yg pertama kali dalam hidupku tapi yg ada aku malah menikmati permainan tangan ku sendiri.

Ohh jika ku bisa memutar waktu, aku pasti akan mencegah diriku untuk berbuat demikian. Air mata mulai mengalir disudut mata ku. Aku pasti malu berjumpa dengan teman teman akhwat ku, malu berjumpa dengan teman teman yg menganggapku sebagai gadis baik baik, dan terutama aku akan malu pada Dika yg mendengar ku mendesah tadi. Ahh perasaan ini berkecamuk dalam hatiku. Aku makin tak mampu bangkit dari ranjang ini sementara tubuh ku semakin kedinginan. Rasanya ingin menghilang selamanya dari dunia ini atas kesalahan yg ku lakukan ini.

Ku lirik jam dinding, jarum pendek hampir mengarah ke angka 11. Berarti aku telah tertidur selama dua jam. Ya ampun, aku melewatkan serial favoritku, acara kamen rider versi Indonesia disalah satu stasiun televisi swasta. Aku sangat suka menonton serial itu, dari season pertama hingga sekarang jarang terlewatkan, eh kok malah bahas serial kamen rider ya..

Ku buka lemari pakaian yg terbuat serbuk kayu itu. ku pilih pakaian kaos lengan panjang berwarna putih dengan motif bunga jingga di ujung lengan nya dan rok tipis bermotif bunga berwarna coklat muda. Saat memakai pakaian itu, ku perhatikan wajah ku lumayan cantik dan tubuh ku pun cukup menarik. Terpesona aku menantap tiap lekuk tubuh ku dicermin dank u jatuhkan kaos yg ku hendak ku pakai. Aku mendekati cermin itu dan menatap bagian bagian vital tubuhku.

Ku perhatikan payudaraku yg bulat dengan putting coklat nya mengacung, memek ku yg mulus karena tiap minggu selalu ku cukur bulu nya, pinggang ku yg ramping dan pantat ku yg sekal yg tak pernah terjamah oleh siapapun namun ku kini ku remas dengan gemas pantatku. Perlahan tangan ku meraba halus permukaan perut ku dan perlahan naik ke payudaraku. Saat rabaan halus ini menyentuh putting, ku rasakan seperti tersengat aliran listrik. Mataku terpejam menikmatinya.

Wajahku sungguh erotis saat ku lihat melalui cermin. Tangan ku yg tadi bermain di area pantat mulai berpindah kedepan. Ku elus elus memek ku dan ingin sekali ku masukan jariku kedalam nya. Ahhh aku tak berani, aku takut jika aku kehilangan keperawanan ku karena ini. Terus ku elus memek ku hingga ia mulai kembali basah. Ooohh aku mendesah kenikmatan. Sesekali ku lihat kearah jendela siapa tahu gorden nya tersingkap dan ada orang yg mengintip aksi hina yg ku lakukan ini.

Gerakan jari tangan ku makin cepat menggosok bagian yg menonjol di memek ku . Tangan ku satu nya tak lagi meremas payudaraku, melainkan bertumpu pada tembok dimana posisi ku saat ini tengah menungging dengan paha yg dilebarkan. Aku makin terangsang saat melihat diriku sendiri yg sedang menahan nikmat melalui cermin. Rasanya makin menjadi jadi, buat aku makin ingin terus melakukan ini tiap saat dan rasa itu muncul lagi, rasa seperti ada yg ingin keluar dari memek ku, seperti rasa ingin pipis, makin mendekati, makin nikmati, ku percepat gesekan jari tangan ku dan…

Seseorang : dindaaa?? Kamu didalam?

Seseorang memanggil namaku dan membuatku refleks menghentikan masturbasi ku yg sudah hampir menemui puncak kenikmatan nya. Rasa “ingin pipis” itu mennghilang akibat rasa cemas dan kaget yg ku alami. Bagaimana jika dia mendengar desahan ku tadi, atau ada sebuah celah dimana ia bisa mengintip apa yg ku lakukan tadi. Aku cepat cepat mengusir pikiran itu dan buru buru memakai pakaian yg tadi ku ambil tanpa memakai pakaian dalam karena sangat terburu buru.

Aku : iyaa aku didalam, tunggu sebentar.

Aku terburu buru memakai rok panjang ku dan untung saja tdk terbalik.

Aku membuka pintu dan Tiara sudah berdiri disana sambil mengetik sesuatu di layar android nya.

Aku : eh, ada apa Tia? Tumben pagi pagi sudah mampir?
Tiara : tumben apa nya? Kamu yg tumben sampe jam segini masih tutup pintu
Aku : oh tadi lagi dari toilet, jadi pintunya ku tutup
Tiara : ah dari pagi juga ditutup, kamu sakit?

Aku : nggak, kenapa? Aku pucet ya?
Tiara : nggak, tapi kamu keringetan gini
Aku : ohh a..aaku tadii habis beres beres rumah jadi keringetan

Tiara sedikit mengintip kedalam kamar ku.

Tiara : masih berantakan, apa yg diberesin
Aku : ehhmm anu.. kan belum selesai, ti. Iya belum selesai.
Tiara : ohh, temenin aku ke rumah Iwan ya
Aku : hah, kerumah Iwan? Kapan?
Tiara : sekarang. Kapan lagi emangnya.
Aku : ngapain kerumah dia, jalanan nya serem. Banyak anak anak nakal disana.
Tiara : ya justru itu aku minta temenin kamu, yg lain pada gak bisa. Ada yg lagi buat tugas, ada yg mau ke mall, ada yg sakit.

Aku : huhh, kenapa gak besok atau sore nanti saja?
Tiara : ya soalnya aku butuh sekarang. Dia jam setengah satu ini mau pergi sama bokapnya mancing, kan aku mau pinjem buku buat besok bahan presentasi. Mau yaa?
Aku : kenapa gak dia nya saja yg kesini?
Tiara : ya gak tahu, kamu kan tahu dia itu resek banget. Kalo giliran ditraktir makan dia mah duluan.
Aku : ya sudah, aku ganti baju dulu ya
Tiara : ahh gak usah, nanti dia keburu pergi. Baju ini saja.
Aku : iya iya, tapi aku pake kaos kaki dulu
Tiara : iya buruan.

Aku mengambil dan memakai kaos kaki berwarna krem dan sepasang sepatu wedges hijau menghiasi kaki ku. Panjang kaos kaki itu setinggi lutut maka aku rasa tak perlu lagi memakai celana training dibalik rok ku. Lalu bagaimana pakaian dalam ku, ah Tiara masih sedang berada didalam kamar ku, mana mungkin aku mengambil bra dan celana dalam didalam lemari kecil yg berada disebelah nya. Sudahlah, untuk pertama dan terakhir aku keluar tanpa memakai pakaian dalam. Lalu ku ganti kerudung ku yg tadi berwarna putih menjadi warna hijau tua. Kerudung ini panjang nya sepinggang hingga tak aka nada yg tahu jika aku tak memakai bra dan semoga juga tak ada yg menyadari jika aku tak memakai celana dalam.

Aku : kita naik apa?
Tiara : naik angkot lah. Kan kita gak ada motor
Aku : kan masuk kejalan rumah nya jauh
Tiara : ya maka nya aku buru buru kesana

Tiara berbeda sekali dengan ku. Ia adalah seorang gadis yg modis dan selalu bergaya seksi. Tapi dia bukan wanita yg gampang dirayu laki laki. Justru ia pernah memukul wajah laki laki yg pernah menggoda nya di jalan menuju kosan kami, maklum katanya dulu dia pernah juara 1 lomba silat disekolah nya jadi wajar kalo dia berani dan aku sendiri merasa aman saat bepergian bersama dia, kecuali hari ini karena aku tak memakai pakaian dalam.

Sebuah angkot yg kami tunggu pun tiba. Tiara melambaikan tangan nya dan sopir angkot itu pun menghentikan kendaraan nya. Kami menaiki angkot itu. tiara mendapat kursi paling dekat dengan pintu dan ketika aku melihat kedalam angkot, hanya tinggal satu kursi kosong, yaitu ditempat paling ujung disamping preman yg nampaknya sedang asik mendengar lagu melalui earphone nya. Terpaksa aku harus menungging untuk menuju kursi ujung itu dan disaat itu aku tersadar bahwa rok yg ku pakai ini sebenarnya sedikit ketat dan agak tembus pandang.

Ekspresi muka ku berubah ketakutan, ku harap orang orang di angkot ini tak menyadari bahwa aku tak memakai celana dalam. Nampaknya harapan ku meleset, preman disamping ku mulai berani memandangi sekujur tubuhku terutama bagian paha ku yg juga cukup tembus pandang. Untung saja bagian memek ku masih tertutup oleh kaos ayng panjang nya hingga beberapa centi dibawah pangkal paha. Aku benar benar merasa malu dan serba salah dalam posisi seperti ini. Ditambah lagi laki laki didepan ku pun memandangi rok ku. Ah tdk mungkin jika dia memandangi rok ku karena rok ini bagus dan ingin bertanya berapa harga dan dimana belinya, pastilah ia memperhatikan isi dibalik rok ini.

Diperhatikan seperti ini membuat hatiku panas, tubuh ku hanya untuk suami ku pak, begitu gumam ku dalam hatiku. Selain tatapan nakal laki laki didepan ku, preman disamping ku menurunkan tangan kirinya di antara kedua paha kami hingga akhirnya paha ku tersentuh pleh tangan nya walau masih dibatasi oleh rok panjang. Aku makin merasa ingin marah, namun disatu sisi tubuh ku berkata lain. Entah mengapa aku makin ingin diperlakukan lebih jauh dari ini.

Oh tdk mengapa aku berpikir seperti ini dan kurasakan memek ku mulai basah. Rasa yg sama saat aku telanjang didalam kamar muncul lagi. Oh tdk, jangan disini, tak mungkin aku menuntaskan hasrat ini disini. Tolonglah jangan usik ku lagi, jangan buat aku berbuat kesalahan yg sama untuk ketiga kalinya. Tapi rangsangan kini begitu kuat, ditambah tertunda nya penuntasan nafsu karena kedatangan Tiara tadi.

Perasaan bingung makin menjadi jadi didalam pikiran ku. Tatapan mata nya itu buat birahi ku mulai terbakar dan sentuhan tangan nya diluar rok ku pun membangkitkan rasa ingin selalu dijamah oleh tangan laki laki. Aku benar benar tak tahan dan akhirnya ku masukan tangan ku kedalam jilbab lebar dan aku pelan pelan memutar putting ku dari luar kaos ku. Gesekan kaos membuat aku makin merasa nikmat namun rasanya tak senikmat jika menyentuhnya tanpa penghalang. Ku jaga gerakan tangan dibalik jilbab ini agar tak ketahuan orang orang jika aku sedang meremas payudaraku.

Ku posisikan tubuh ku agak membungkuk agar jilbab ku makin lebar terjuntai kebawah dan tak terlihat ada tangan yg bergerak didalam jilbab itu. ahh sensasi nya benar benar nikmat, bagaimana jika aku telanjang didepan laki laki ini, ah tentu aku tak akan memuaskan diriku sendiri tapi mereka lah yg akan memuaskanku. Aku menggigit bibir bawahku agar desahan ku dapat tertahan. Ekspresi muka ku pun ku jaga sebaik mungkin agar tak seorang pun tahu jika aku sedang bermasturbasi, terutama Tiara yg sedari tadi masih sibuk menatap layar androidnya.

Nampaknya kondisi jalanan pun mendukung, saat itu macet panjang terjadi. Semua penumpang tertidur didalam angkot termasuk Tiara pun tertidur dengan smartphone yg masih ia genggam. Aku sedikit khawatir jika ada orang yg mengambil kesempatan itu dan mengambil smartphone miliknya. Sementara dua laki laki di depan dan disampingku masih sibuk dengan diriku. Laki laki didepan ku mulai mengelus bagian selangkangan nya sementara preman disampingku memasukan tangan nya kedalam jilbab ku dan meremas payudara ku.

Ia akhirnya sadar jika aku tak memakai bra. Melihat aku yg tak melawan, ia makin remas payudara ku dengan keras. rasanya sakit namun nikmat, baru kali ini ada tangan laki laki yg menyentuh tubuhku dan ini bukan hanya sekedar menyentuh melainkan mencabuli, namun anehnya aku tak marah malah menikmati. Jalanan masih dalam keadaan macet, preman disampingku meletakan tas ranselnya diatas pangkuanya.

Lalu ia menuntun tangan ku yg tak pernah disentuh oleh laki laki selain ayah dan kakak laki laki ku menuju daerah selangkangan nya. Aku seperti terhipnotis dan menuruti apa yg ia mau. Ia membuka resleting celananya dan aku pun bisa merasakan ada sebuah benda panjang dank eras didalam genggaman tangan ku. Entah apa yg merasuki ku, aku merasa tak berdaya saat ia membisikan ditelingaku untuk mengocok benda itu, dan aku yg sebelumnya tak tahub apa apa bagaimana cara memperlakukan benda itu malah mulai melakukannya tanpa perlawanan.

Sejenak aku ingin menghentikan dan melawan namun kenikmatan yg ia berikan pada payudaraku mempengaruhiku. Aku tak dapat berkutik dibuatnya kecuali hanya menikmati apa yg ia lakukan terhadapku dan menikmati apa yg aku lakukan terhadapnya. Laki laki didepan ku pun tampaknya sedang melakukan sesuatu pada k0ntolnya, aku tak tahu karena ia menutupinya dengan jaket yg tadi nya ia pakai tapi sekarang sudah ia lepas dan ia letakan dipangkuannya. Ia pun terlihat menahan nikmat dan melihat ekspresi nya seperti itu malah makin menambah birahi dan kekuatan tangan ku untuk mengocok k0ntol preman ini.

Makin nikmat dan makin nikmat, aku tak mampu menahan kenikmatan yg tak seharusnya aku dapatkan ini selain bersama suamiku. Ya, aku tahu ini salah namun aku malah membiarkan ia melakukan ini terhadapku, bukan, tapi aku yg membiarkan diriku melakukan ini terhadapnya. Dan tak bisa ku percaya jika tangan ku yg dari tadi meremas payudara kiriku kini menggenggam tangan nya yg meremas payudara kanan ku dan menuntunya kearah memek ku. Bagaikan mendapat durian runtuh, preman itu tampak kesengangan.

Preman : ternyata cewek berjilbab panjang kayak lo nafsu nya tinggi juga ya, pantesnya lo jadi lonte deh

Preman itu berbisik di telinga ku dan mmbuat nafsu ku makin memuncak. Seiring dengan nafsu yg terus tak terkendali, kocokan tangan ku pada k0ntolnya pun makin cepat dan tangan ku satunya menekan tangan preman itu yg sedang bermain di memek ku yg masih tertutup oleh rok. Kemudian preman itu membisikan sesuatu ketelingaku seraya mencium pipiku. Bisikan itu lagi lagi mempengaruiku hingga kini ku lebarkan paha ku dank u lepaskan salah satu wedges yg ku pakai.

Tanpa ada rasa khawatir dan malu, aku mengangkat kaki kananku lalu menggesekan kaki ku yg masih terbungkus kaos kaki krem ke k0ntol laki laki didepan ku. Ternyata pria itu sangat menikmati servis yg diberikan oleh kaki ku, raut muka nya yg kenikmatan membuatku makin gemas dan greget dengan k0ntolnya. Aku makin menekan dan menggesek dengan keras k0ntolnya hingga akhirnya ku rasakan sesuatu cairan yg hangat membasahi kaos kaki ku. Ku lihat wajahnya berubah sangat lega dan aku menurunkan kaki ku serta memasukannya kembali kedalam wedges. Kini ku nikmati lagi permainan tangan preman di memek ku yg terkadang menekan, mendorong dorong, menggesek atau mencubit. Aku makin terhanyut nafsu dan kocokan tangan ku pada k0ntolnya pun makin cepat.

Sama seperti kejadian tadi, k0ntol preman ini menyemburkan cairan kental dan hangat. Lalu ku keluarkan tangan ku dari bawah tas nya dan ternyata cairan putih itu sudah mengotori telapak tangan ku yg mulus. Preman itu lalu membisikan sesuatu lagi padaku dan tanpa ragu ku jilat jemariku yg telah dilumuri cairan putih hangat itu. aku sempat berpikir bahwa itu adalah sperma laki laki.

setelah sperma itu bersih ku jilati, ia segera turun dari angkot yg sedari tadi sudah berjalan disusul oleh laki laki dihadapanku tadi. Tak lama kemudian, semua penumpang terbangun dan aku pun terkejut ketika menyadari posisi duduk ku yg mengangkang dan kaki kanan ku yg lengket akibat sebuah cairan putih kental.

Tiara segera melihat lihat keluar jendela, lalu ia berkata bahwa kami tempat yg akan kami tuju sudah lewat namun tak seberapa jauh. Kami segera turun dari angkot, saat membayar mata sopir itu berkedip melihatku sambil mengatakan bahwa berapa tarifku selama satu jam. Aku merasa tersinggung dengan perkataan itu namun tak ku ladeni. Saat Tiara hendak mengabari Iwan bahwa kami akan segera sampai dan apakah Iwan masih dirumah, ia tersadar bahwa smartphone nya sudah berpindah tangan.

Tiara : dikantong ku juga gak ada.
Aku : coba periksa lagi, mana mungkin hilang

Baru saja hp milik Tiara diambil secara santai oleh preman yg mencabuliku di angkot tadi. Namun aku tak berani mengatakannya, entah kenapa aku terbungkam. Aku merasa ingin pura pura tak tahu apa yg terjadi.

Tiara : kamu punya nomor atau kontak BBM Iwan? Nanti dia sudah pergi, lagipula ini sudah terlambat.
Aku : ku rasa ada. Dulu pernah nyimpen nomor nya.

Tiara meraih hp ku dan mencari kontak Iwan. Dengan terburu buru ia menelpon nomor Iwan.

Tiara : nomornya sibuk. Aku sms saja ya
Aku : iya gak apa sms saja.

Dengan cepat Tiara mengetik sms untuk Iwan sambil kami berjalan memasuki jalan kecil menuju rumahnya. Jarak dari jalan raya menuju rumah Iwan sekitar dua kilometer. Kalau malam, daerah ini terkenal rawan. Banyak preman yg suka mabuk, begal, pemerkosa, sampai tukang todong pun konon suka beroperasi ditempat ini. Untungnya saat ini siang dan jalanan ini sangat ramai.

Tiara : ehmm Din, rok kamu kok basah?
Aku : ohhh, hmm ini, tadi itu.. kursi angkotnya basah
Tiara : kirain kamu pipis di angkot. Hahahahah] Aku : ahh ada ada saja. Mana ada perempuan cantik gini pipis di angkot.

Semoga saja Tiara tak menyadari bahwa aku tak memakai pakaian dalam atau ada bekas sperma di telapak kaki kanan ku.

Tak terasa, kami sudah sampai rumah Iwan. Aku pernah kesini sebelumnya namun agak sedikit lupa dengan jalannya. Jika tak ditemani oleh Tiara mungkin sudah nyasar. Maklum, disini ada banyak belokan belokan jadi sulit sekali menghapal jika baru sekali dua kali kesini.

Aku : nah itu Iwan, dia belum pergi

Iwan melihat kedatangan kami dan membuka gerbang.

Iwan : ditunggui dari tadi, akhirnya datang juga.
Tiara : maaf, Wan, jalanan macet. Kan kami naik angkot

Iwan berperawakan gendut dan kulitnya gelap. Rambutnya dibentuk spike dan jarang sekali terkesan rapi. Iwan menatapi diriku dengan seksama.

Iwan : eh ada Dinda, apa kabar Dinda?
Aku : ehhmm baik, Wan.

Aku menundukan pandangan ku dihadapan nya.

Iwan : ya sudah, masuk dulu yuk. Pasti haus kan habis dari macet.
Tiara : wah tumben kamu baik, Wan.
Aku : hmm aku diluar saja ya, Ti. Aku gak mau masuk.
Tiara : loh kenapa? Kan aku temeni, kalian juga gak berduaan. Masuk saja.
Aku : tapii.. hmmm
Tiara : udah masuk aja. Gak baik kan nolak rezeki

Aku bukan nya segan atau malu untuk masuk kerumah laki laki, karena ada Tiara yg menjadi orang ketiga diantara kami. Namun yg ku takutkan adalah bagaimana jika bercak sperma di kaus kaki kanan ku ini terlihat oleh Iwan atau Tiara, atau aroma nya menyebar diseluruh ruangan.

Dengan ragu ragu ku lepaskan wedges ku. Ku rasakan masih ada yg lengket di kaus kaki ku. Tak mungkin ku lepas kaus kaki ku disini, dihadapan seorang laki laki yg bukan muhrim ku. Dengan pelan aku melangkah masuk kedalam. Rasa cemas mulai merajai hatiku. Antara cemas jika Iwan tahu aku tak memakai apa apa dibalik rok ku ini, dan cemas jika ia tahu ada bekas sperma di telapak kaus kaki ku. Jantung ku berdebar, aku tak focus berbicara. Ku harap Tiara cepat menyelesaikan urusan nya.

Tiara akhirnya mengajak pulang. Aku pun mulai lega. Awalnya Iwan menawarkan tumpangan namun aku bersikeras menolak jika dibonceng oleh laki laki. Kami mulai melangkah pergi keluar dari gerbang halaman rumah Iwan yg cukup luas. Aku lega karena tak ada yg mencurigakan dari sikap Iwan yg mungkin akan mengetahui jika aku tak memakai apa apa dibalik pakaian yg ku kenakan saat ini. Sepanjang jalan kami terus mengobrol dan akhirnya membuat kami lengah bahwa kami telah melewati jalan yg salah.

Aku : perasaan tadi kita gak lewat sini kan?
Tiara : iya bener, Din. Kok jalan nya jadi becek dan banyak semak semak juga.
Aku : kita nyasar nih, Ti.
Tiara : ya sudah kita muter balik lagi.
Aku : iya, ayo buruan. Perasaan aku gak enak juga nih.

Kami menelusuri jalan kecil itu dan kami lagi lagi menemukan masalah.

Tiara : kanan atau kiri, Din?
Aku : gak inget, tadi keasyikan ngobrol sih.
Tiara : kita kekanan aja gimana?
Aku : yakin?
Tiara : gak yakin sih. emang kamu yakin kalo yg bener itu sebelah kiri?
Aku : sedikit.
Tiara : ya sudah kita lewat kiri ya. Tapi kalo makin gak jelas kita balik lagi kesini dan lewat sebelah kanan
Aku : iya ayo, Ti.

Tak yakin juga untuk melewati jalan ini, ditambah dengan kondisi jalan yg memang makin tak jelas. Jalanannya masih dari tanah merah dan nampaknya kami memang salah jalan saat yg kami lihat didepan kami adalah kuburan.

Tiara : tuh kan pasti yg kanan tadi.
Dinda : ya sudah ayo kita balik arah lagi. Aku makin takut.

Belum lama kami berbalik, terdengar suara sepeda motor mendekat. Suaranya seperti bukan satu tapi lebih dari satu. sepeda motor itu mulai tampak, ada empat sepeda motor. Masing masing sepeda motor dinaiki dua orang, jadi ada delapan orang yg mendekat. Tampang mereka pun semuanya seram dan tubuh mereka dipenuhi tato.

Baca Juga : Ganasnya Goyangan Gadis Cantik Dan Alim Part 2